Minggu, 28 April 2013
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN MELIHAT BENTUK NEMATODA
I.
PENDAHULUAN
1.1. Dasar Teori
Nematoda
berasal dari kata Yunani yang berarti benang. Berbentuk memanjangseperti
tabung, kadang-kadang membengkok, melengkung, seperti kumparan. Gerakannematoda
dalam media air biasanya meliuk-liuk seperti ular. Nematoda dapat
ditemukan ditanah, air tawar, air laut dan di jaringan tanaman dan
jaringan binatang (nematoda parasitbinatang). Jenis-jenis nematoda yang
ditemukan di alam dapat bertindak sebagai parasit dansaprofitik.Nematoda
parasitik biasanya dapat dijumpai di dalam tubuh inang. Nematoda
parasitik tanaman dapat menyerang bagian tanaman sesuai dengan sifat
parasitasi nematoda itu sendiri.Ada yang bersifat ektoparasit, endo parasit
ataupun ekto-endo parasit. Bagian tanaman yangterserang dapat berupa akar,
batang, daun, dan bahkan pada bagian biji. Gejala dan tandaserangan nematoda
pada tanaman dapat dilihat pada bagian tanaman yang berada di atastanah maupun
yang berada di dalam tanah. Nematoda
merupakan mikroorganisme yang digolongkan ke dalam filum dunia hewan. Nematoda
ketika dilihat di bawah mikroskop terlihat berupa cacing-cacing mikroskopis
dengan ukuran tubuh yang sangat kecil dan berwarnah bening. Secara umum karena
ukuran tubuh nemtoda sangat kecil, para petani sangat sulit membedakan dengn
penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri (Trisnawati, Y., 2006.)
Pengelompokan
nematoda terbagi atas 3 yaitu a) Ektoparasit, yaitu menyerang dari luar
jaringan tanaman, misalnya Criconemoides sp
dan Xiphinema sp. b) Endoparasit, yaitu menyerang dari dalam
jaringan tanaman. Ada yang bersifat sedentary (menetap), misalnya
nematoda puru akar (Meloidogyne spp.), dan ada yang
bersifat migratory (berpindah), misalnya Pratylenchus sp.
c) Ektoendoparasit, yaitu setelah dewasa nematoda meletakkan
sebagian tubuhnya ke dalam tanaman, misalnyaRotylenchus sp.
Endoektoparasit, yaitu telur dan larva berkembang dalam tubuh tanaman,
kemudian sebagian tubuhnya keluar dari jaringan tanaman,
misalnya Heterodera sp. (Trisnawati, Y., 2006.)
Nematoda adalah mikroorganisme yang berbentuk cacing, bentuk tubuh
bilateral simetris, dan speciesnya bersifat parasit pada tumbuhan, berukuran
sangat kecil yaitu antara 300 – 1000 mikron, panjangnya sampai 4 mm dan lebar 15
– 35 mikron. Karena ukurannya yang sangat kecil ini menyebabkan nematode ini
tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, akan tetapi hanya bisa dilihat
dengan mikroskop. , Anatomi nematoda dapat dilihat
dengan jelas. Tubuh nematoda tidak beruas, tidak berwarna dan ditutupi oleh
dinding tubuh yang berfungsi untuk melindungi dari tekanan. Dinding tubuh
tersebut terdiri atas kutikula bagian luar, lapisan antara, hipodermis dan
bagian dalam berupa otot-otot yang membujur. Kutikula merupakan struktur yang
aktif terdiri dari protein dan enzim. Selama siklus hidupnya nematoda mengalami
empat kali pergantian kutikula. Dibawah kutikula terdapat epidermis. (Subagia, 2008)
Secara umum siklus
hidup nematoda parasit tumbuhan itu hampir sama. Telur menetas menjadi larva
yang bentuk dan strukturnya sama dengan dewasa. Larva berkembang dengan
melakukan pergantian kulit pada setiap akhir fase. Semua jenis nematoda
mempunyai empat fase larva, pada fase ini nematoda sangat aktif menginfeksi
akar. Pada pergantian kulit yang terakhir maka dapat diketahui jenis nematoda
jantan atau betina. Nematoda jantan ditandai dengan adanya specula. Sedangkan
nematoda betina mempunyai vulva dan dapat menghasilkan telur yang fertile
setelah mengadakan perkawinan dengan nematoda jantan atau dengan cara
parthenogenesis. Apabila kondisi menguntungkan untuk hidup maka siklus hidup
bisa mencapai 3 – 4 minggu. Gejala serangan yang ditimbulkan nematoda sangat
bervariasi. Bergantung dari jenis nematode yang menyerang jenis tanaman, umur
tanaman, dan bagian tanaman yang terserang. Secara garis besar gejala serangan
nematoda parasit dapat dibedakan atas dua macam, yaitu : 1) Gejala serangan di
atas tanah, yaitu dapat menyebabkan kematian atau tidak berfungsinya kuncup,
daun, dan batang mengerut atau mengalami distorsi, puru pada biji, kematian
jaringan tanaman (nekrosis) dan terjadinya perubahan warna; 2) Gejala serangan
di bawah tanah, yaitu dapat menyebabkan puru pada akar, pembusukan, kematian
pada permukaan jaringan tanaman , luka pada akar, terbentuknya akar cabang yang
tidak normal dan terjadinya akar cabang yang pendek (Triharso, 1994) Menurut
Pracaya (1991), jenis nematoda parasit yang menyerang tanaman dapat dibedakan
menjadi tiga bagian, yaitu: 1) Nematoda ektoparasit, menyerang bagian luar
tanaman saja atau nematoda hanya tinggal di luar tanaman dan hanya memasukan
stilet atau kepala saja untuk mengisap air sel-sel tanaman; 2) Nematoda
Endoparasit, menyerang dan memasukan ke dalam jaringan tanaman atau nematoda
yang hidup di bawah permukaan tanah masuk ke dalam akar dan akan bereaksi
membentuk suatu hiperplasis (tumor, bisul, atau puru akar; 3) Nematoda
Endoektoparasit, bagian dari nematoda tersebut masuk ke dalam jaringan tanaman,
sedangkan bagian lain yaitu belakangnya tidak. Menurut Natawigena (1993),
gejala serangan nematoda parasit tanaman diantaranya yaitu : a) Bengkak akar
(root knot), misalnya bengkak akar pada umbi kentang dan akar tomat yang
disebabkan oleh nematoda Meloidogyne sp. b) Busuk akar (root rot), yaitu akar
menjadi busuk karena serangan nematoda yang diikuti serangan bakteri dan
cendawan; c) Luka akar (root lesion), yaitu korteks akar yang diserang
menimbulkan luka yang berwarna gelap kecoklat-coklatan disekitar jaringan yang
diserang; d) Pertumbuhan tidak normal pada batang, tangkai, daun, biji dan
bunga; e) Benjolan (gall) pada akar, batang, dan daun. daun mengeriting dan
layu merupakan salah satu gejala akibat serangan nematoda.(
anafzhu.blogspot.com)
Pengendalian nematoda dapat
dilakukan dengan Cara kultur teknis
Rotasi tanaman,
penggenangan selama
beberapa bulan, penggunaan varietas resisten. Cara mekanis Menaikkan suhu tanah sampai 50 0C selama 30
menit dengan uap panas atau air panas. Pencelupan bonggol
anakan ke dalam air panas suhu 50 0C selama beberapa menit.
Cara kimiawi Penggunaan nematisida Karbofuran, Etrofos dan
Oksanil dengan dosis 12 gr bahan aktif per rumpun, yang diaplikasikan pada saat
tanam dan diulang tiap 6 bulan.( anafzhu.blogspot.com)
Tujuan
Agar mahasiswa mengenal dan mengetahui gejala serangan nematode. Agar
mahasiswa mampu mengekstraksi nematodadari contoh tanah dan akar, untuk
kemudian mengidentifikasi.
II. BAHAN
DAN METODE
2.1. Tempat
dan Waktu
Betempat di Laboraturium Budidaya pertanian, Fakultas pertanian,
Universitas Palangka Raya. Praktikum Dasar-dasar perlindungan tanaman
dilaksanakan pada hari Sabtu 20 April 2013.
2.2. Alat dan
Bahan
Alat yang
digunakan adalah gelas air mineral, kapas, kain kasa, mikroskop, alat gambar,
dan alat tulis lainnya. Sedangkan Bahan yang digunakan adalah tanaman tomat
yang terserang nematode, air.
Gambar
1. Ektraktor cawan
A
= cawan plastisk (dari gelas air mineral)
B
= cawan plastic seperti A, tetapi dasarnya dipotong dan digantikan kain kasa
C
= kertas saring
D
= kain kertas
E
= lapisan kertas setebal ± 0,5
F
= contoh tanah/akar
G
= air disillata
H
= batas pemberian air
2.3. Cara
Kerja
2.3.1 Ekstraksi nematoda dari contoh tanah
a.
Membersihkan tanah yang akan diekstraksi dari
kotoran potongan akar.
b.
Mengambil contoh tanah sebanyak 15 gram dan di
letakan di dalam cawan B yang telah di beri alas kain kasa dan lapisan kapas.
c.
Menuangkan air ke statillata sehingga membasahi
tanah dalam cawan B.
d.
Menyimpan ekstraktor cawan pada tempat yang gelap 2
x 24 jam.
e.
Mengangkat cawan B dengan hati-hati dan amatilah
suspense nematode dalam cawan B dengan microskop.
2.3.2
Ekstraksi nematoda dari contoh tanaman
a.
Mengambil seluruhakar atau bagian akar tanaman
contoh yang akan di ekstraksi nematodanya.
b.
Membersihkan, setelah itu akar tersebut di letakan
di atas kertas tissue dan selanjutnya di timbaang 10 gram.
c.
Memotong bagian tadi dengn panjang 1 cm, d. masukan akar ke dalam cawan
ekstraksi yang telah berisi air distillate sampai terendam.
d.
Sesudah 2 x 24 jam , mengamati suspense nematode
dalam cawan B dengan mikroskop.
2.3.3
Kegiatan
a.
Mengamati dan menggambar bentuk nematode yang di
lihat pada mikroskop.
b.
Menghitung populasinya per ml suspensi yang di amati
dengan ulangan sebanyak 5 kali
c.
Mendiskusikan dalam kelompok, adakah gejala-gejala
lain yang tampak pada tanaman
terserang. Jika ada tulis.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
Pengamatan
Adapun hasil pengamatan dari praktikum ini adalah sebagai berikut
Table 1
No
|
Nama bahan
|
Ciri-ciri tanaman terserang
|
Gambar nematoda
|
|
Jantan
|
Betiana
|
|||
1
|
Akar tanaman tomat
|
kerdil
|
|
|
klorosis
|
||||
layu
|
||||
ujung tanaman berwarna coklat
|
||||
terdapat puru pada akar
|
3.2. Pembahasan
Gambar
nematoda jantana
Sumber :
laboraturium Sumber
: Anafzhu, 2009. Nematoda.
Gamabar nematoda betina
Sumber :
laboraturium Sumber
: Anafzhu, 2009. Nematoda.
Ada pun kalasifiakasi nematod Meloidogyne spp sebagai berikut
Filum : Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Sub Kelas :Secernenteae
Ordo : Thylenchina
Famili : Heteroderidae
Genus : Meloidogyne
Spesies : Meloidogyne spp
Morfologi nematoda, Nematoda jantan dewasa berbentuk
memanjang bergerak lambat di dalam tanah, panjangnya bervariasi dan maksimum 2
mm kepalanya berlekuk dan panjang stiletnya hampir 2 kali panjang stilet
betina. Pada nematoda jantan terdiri dari
satu atau kadang-kadang dua testis tubuler. Secara berturutan setelah testis,
vas eferens, vesikulum seminalis (sebagai tempat menyimpan sperma), vas
deferens dan terakhir kloaka. Disebelah dorsal kloaka ditemukan kantung
spikulum yang biasanya ditemukan 1 atau 2 atau tidak spikula (alat untuk
kopulasi). Disekeliling anus ditemukan beberapa papila yang kadang-kadang
bertangkai serta susunan berbeda pada setiap jenis cacing. Ekor cacing jantan
dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu yang berupa sayap yang terbentuk dari
kutikula sepanjang ekor cacing dan tidak terlalu melebar disebut ala caudal
sedangkan yang melebar membentuk bentukan yang disebut bursa (berfungsi untuk
memegang cacing betina saat kopulasi. Nematoda betina dewasa berbentuk seperti
buah pir bersifat endoparasit yang tidak berpindah (sedentary), mempunyai leher
pendek dan tanpa ekor. Panjang lebih dari 0,5 mikron dan lebarnya antara
0,3-0,4 mm, stiletnya lemah dan panjangnya 12–15 mm melengkung kearah dorsal,
serta mempunyai pangkal knot yang jelas. Sistem reproduksi cacing betina terdiri dari 2 atau 1
ovarium tubuler, berikutnya masing-masing oviduks, uterus (bagian uterus ada
yang meluas membentuk Reseptakulum Seminalis yaitu kantung sperma), vagina dan
terakhir vulva.
Daur
hidup Meloidogyne spp
terdiri dari tiga fase yaitu fase larva I sampai larva IV dan nematoda dewasa.
Siklus hidup nematoda puru akar sekitar 18–21 hari atau 3–4 minggu dan menjadi
lama pada suhu yang dingin. Jumlah telur yang dihasilkan seekor betina
tergantung pada kondisi lingkungannya. Pada kondisi biasa betina dapat
menghasilkan 300-800 telur dan kadang-kadang dapat menghasilkan lebih dari 2800
telur. Larva tingkat II menetas dari telur yang kemudian bergerak menuju
tanaman inang untuk mencari makanan, terutama bagian ujung akar di daerah
meristem, larva kemudian menembus korteks akibatnya pada tanaman yang rentan
terjadi infeksi dan menyebabkan pembesaran sel-sel. Di dalam akar larva menetap
dan menyebabkan perubahan sel-sel yang menjadi makanannya, larva menggelembung
dan melakukan pergantian kulit dengan cepat untuk kedua dan ketiga kalinya,
selanjutnya menjadi jantan atau betina dewasa yeng berbentuk memanjang di dalam
kutikula, stadium ke empat muncul dari jaringan akar dan menghasilkan telur
secara terus menerus selama hidupnya. Nutrisi yang tersedia serta jumlah larva
per unit area jaringan inang. Larva jantan lebih banyak jika akar terserang
berat dan zat makanan kurang, jika sedikit larva pada jaringan inang maka
hampir semua menjadi betina, tetapi reproduksinya kebanyakan partenogenesis,
walaupun exudat akar mampu memacu penetasan telur, tetapi senyawa tersebut
tidak diperlukan untuk keberhasilan siklus hidupnya.
Pengendalian nematoda dapat dilakukan
dengan berbagai cara seperti cara bercocok tanam, sanitasi, kimia dan
pengendalian hayati. Pengendalian dengan bercocok tanam melalui pengaturan
waktu tanam yaitu menanam tanaman pada waktu yang tidak sesuai dengan
perkembangan nematoda, membajak tanah agar nematoda yang berada pada lapisan
dalam tanah akan naik kepermukaan tanah sehingga terjadi pengeringan oleh panas
matahari, kelembaban tanah, perbaikan dan komposisi tanah dengan pemupukan. Pengendalian
secara kimia dapat dilakaukan dengan penggunaan nematisida: fumigan, metil
bromyda, methon sodium dan karbofuran, penanifhas, dan prophus. Pengendalian
secara hayati pelaksanaannya menggunakan mikroorganisme pada nematoda yang
sekarang giat diteliti. Pengendalian hayati dilakukan dengan menggunakan
parasit atau predator pada telur, larva tau nematoda dewasa agar dapat menekan
populasi nematoda. Pengendalian hayati terhadap patogen tanaman umumnya terjadi
mekanisme secara antagonis. Antagonis yaitu peristiwa dimana organisme yang
satu menghambat perkembangan dan pertumbuhan organisme yang lain, hal ini dapat
terjadi dengan beberapa cara seperti kompetisi, antibiosis, dan parasitisme.
Dalam hal ini dapat terjadi persaingan dan perebutan ruang, makannan (nutrisi),
oksigen dan pembentukan toksin (Subagia, 2008).
IV.
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Nematoda
jantan dewasa berbentuk memanjang bergerak lambat di dalam tanah,
panjangnya bervariasi dan maksimum 2 mm kepalanya berlekuk dan panjang
stiletnya hampir 2 kali panjang stilet betina sedangkan nematoda betina dewasa
berbentuk seperti buah pir bersifat endoparasit yang tidak berpindah
(sedentary), mempunyai leher pendek dan tanpa ekor. Gejala umum Penyakit yang
disebabkan nematoda tanaman yang terserang menjadi layu, daun bercak-bercak
kecoklatan dan terdapat bintil-bintil pada akar. Pengendalian nematoda dapat
dilakukan dengan berbagai cara seperti cara bercocok tanam, sanitasi,
kimia dan pengendalian hayati.
Langganan:
Postingan (Atom)